Terinspirasi dari Kisah Perjalanan Hidup Andrea Hirata, Penulis Buku Laskar Pelangi
2/2/2021
Oleh Muhammad Yusuf, Dosen UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Pernahkah Anda punya impian di masa lalu yang kini nyaris lenyap terkubur? Jangan keburu membuangnya. Coba telaah kembali impian Anda itu, siapa tau impian itu terlalu sayang jika Anda mengabaikannya. Berikut ini saya mengutip untaian kalimat bijak yang mungkin membuat Anda menghargai impian Anda. Jika Anda punya impian, dan Anda menginginkan terwujud, rawatlah hingga terwujud. Boleh jadi, wujudnya lebih spektakuler daripada standar impianmu.
"Keep your dreams alive. Understand to achieve anything requires faith and belief in yourself, vision, hard work, determination, and dedication. Remember all things are possible for those who believe." (Gail Devers)."Jagalah mimpimu tetap hidup. Pahamilah, bahwa untuk mencapai apapun membutuhkan keyakinan, percaya diri, visi, kerja keras, tekad dan dedikasi. Ingat segala sesuatu mungkin bagi orang yang yakin.)"
Saya ingin mengajak Anda belajar dari pengalaman hidup seseorang yang merawat mimpinya menjadi penulis hingga menjadi nyata. Dia adalah Andrea Hirata. Ketika Anda mendengar nama Andrea Hirata maka mungkin Anda akan langsung teringat dengan buku yang penjualannya paling fenomenal di Indonesia sepanjang beberapa dekade terakhir, "Laskar Pelangi". Dia merupakan pria asal Belitong, penulis dari novel yang diangkat dari kisah nyata dirinya sendiri. Nama lengkapnya adalah Andrea Hirata Seman Said Harun, lahir di Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung pada tanggal 24 Oktober 1967,
Andrea Hirata diketahui bahwa kini sangat disibukkan dengan kegiatannya menulis dan menjadi pembicara dalam berbagai acara yang menyangkut dunia sastra.; bisa iya, iyalah, pasti, dia kan, sudah punya nama. Penghasilannya pun sudah termasuk paling tinggi sebagai seorang penulis. Kesuksesannya sebagai seorang penulis tentunya membuat ia bangga dan bahagia atas hasil kerja kerasnya selama ini.
Meski disibukkan dengan kegiatannya yang cukup menyita waktu, ia masih tetap mampu meluangkan waktu untuk mudik di saat momen Lebaran. Bahkan baginya, mudik ke Belitong di saat Lebaran adalah wajib hukumnya. Dan di saat kembali ke Belitong, ia melakukan rutinitas bersilaturahmi dengan orang tua dan kerabat lainnya sembari memakan kue rimpak, kue khas Melayu yang selalu hadir pada saat Lebaran. Tradisi mudik lebaran tampaknya memang menjadi khas budaya umat Islam Indonesia. Apalagi Andrea yang memang asli orang dari kampung.
Kendati perjalanan ke Belitong cukup menyita waktu dan tenaga, karena pilihan transportasi yang terbatas, ia tetap saja harus mudik setiap Lebaran tiba. Terlebih lagi, bila ia tak kebagian tiket pesawat ke Bandara Tanjung Pandan, Pulau Belitong, maka mau tak mau, Andrea harus menempuh 18 jam perjalanan dengan menggunakan kapal laut. Tidak masalah juga naik kapal laut, toh waktu pertama kali merantau ke Jakarta juga naik kapal laut.
Perasaan syukur, bangga, dan bahagia semakin dirasakan Andrea tatkala "Laskar Pelangi" diangkat menjadi film layar lebar oleh Mira Lesmana dan Riri Riza. Apalagi, film Laskar Pelangi juga sempat ditonton oleh orang nomor satu di negeri ini, Susilo Bambang Yudhoyono. Seingat saya, ketika tayang perdana, Laskar Pelangi itu menjadi headline beberapa media tanah air. Bahkan juga sebagian media mancanegara.
Kini, Laskar Pelangi memiliki artikulasi yang lebih luas daripada sekedar sebuah buku. Nilai-nilai dalam Laskar Pelangi menjadi lebih luas. Meskipun itu menggambarkan perjalanan hidup Andrea Hirata, namun juga novel yang diangkat menjadi film itu menggambarkan berbagai konteks dan kasus kesenjangan pendidikan antar perkotaan dan pedalaman. Kini, wilayah terpencil banyak mengalami kevakuman belajar (loss of learning) selama masa pandemi Covid-19 dalam satu tahun ini. Konsultasi novel ini masih menemukan relevansinya hari ini.
Menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keprihatinan. Dari Novel Laskar Pelangi kemudian muncullah trilogi novel yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Karya dan Penghargaan Andrea Hirata
Andrea Hirata, dari tahun 2005 hingga tahun 2019, sudah menghasilkan 11 novel. Dari karyanya tersebut, Andrea banyak penghargaan sebagai seorang novelis. Tiga diantaranya berasal dari luar negeri, yakni BuchAwards Jerman tahun 2013, Pemenang Festival Buku New York 2013 serta penghargaan Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick pada tahun 2015.
Di balik melejitnya sejumlah karya dan sederetan prestasinya, terkuak pula tentang latar belakang kehidupan keluarganya. Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong.
Tinggal di sebuah desa kecil dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadinya sejak kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keprihatinan
Tidak begitu banyak penulis buku novel di Indonesia yang bisa meraih kesuksesan di tanah air. Namun, ia membuktikan lewat kata demi kata yang ia rangkai dan menjadi sebuah cerita yang menginspirasi maka keberhasilan itu bisa tercapai.
Sebelum berada di keadaan sekarang, pria yang memiliki nama asli Aqil Barraq Badruddin ini adalah anak yang lahir di sebuah keluarga yang status ekonominya memprihatinkan. Bahkan karena sang ayah hanya pekerja rendahan maka ia pun disekolahkan di SD Muhammadiyah yang bentuk gedungnya lebih mirip seperti kandang hewan ternak. Namun, semua keterbatasan yang ia rasakan sejak kecil sampai remaja membuat dirinya terpacu untuk menggapai impiannya yakni sebagai penulis.
Saya pernah mendengar dari seorang alim bahwa di balik kesuksesan seorang tokoh (orang sukses) selalu ada sosok yang berperan penting dalam mengantarkan pada kesuksesan itu. Hal itu juga berlaku bagi Andrea Hirata. Bu Muslimah yang tak lain adalah gurunya di SD Muhammadiyah diakui merupakan sosok penting di balik tumbuhnya cita-cita tersebut. Perjuangannya untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup Andrea.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMA di kampung halaman (Belitong), Andrea memutuskan merantau ke Jakarta. Tujuannya hijrah ke ibukota adalah untuk kuliah. Saat perjalanannya, ketika berada di kapal laut, Andrea mendapatkan saran dari sang nahkoda untuk tinggal di daerah Ciputat karena masih belum ramai ketimbang di pusat kota Jakarta.
Berbekal saran nahkoda kapal, ia menumpang sebuah bus agar sampai di daerah Ciputat. Namun, entah disengaja atau tidak, sang supir bus justru mengantarkan dirinya ke Bogor. Kepalang tanggung, Andrea lantas memulai kehidupan barunya di kota hujan tersebut. Seperti yang kita tau, Bogor itu berada di luar Jakarta, wilayah Istana Presiden saat ini.
Beruntung bagi dirinya, Andrea mampu memperoleh pekerjaan sebagai penyortir surat di kantor pos Bogor. Atas dasar usaha kerasnya, Andrea berhasil melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Setelah menamatkan dan memperoleh gelar sarjana, Andrea juga mampu mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 Economic Theory di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris. Ia pun akhirnya lulus dengan status cum laude dan meraih gelar Master.
Sepulangnya ke tanah air, Andrea bekerja di PT Telkom pada 1997. Walau bekerja di lingkungan kantor, keinginannya menjadi seorang penulis masih terus bergelora. Hasrat untuk menulis semakin besar ketika ia menjadi seorang relawan di Aceh untuk para korban tsunami.
Kondisi sekolah-sekolah yang telah hancur lebur segera melambungkan ingatannya pada SD Muhamadiyah yang juga hampir rubuh meski bukan karena bencana alam. Ingatan terhadap sosok Bu Muslimah pun kembali membayangi pikirannya. Sekembalinya dari Aceh, Andrea pun memantapkan diri untuk menulis tentang pengalaman masa lalunya di SD Muhamadiyah dan sosok Bu Muslimah. Dia mengerjakannya hanya selama tiga minggu.
Naskah setebal 700 halaman itu lantas digandakan menjadi 11 buah. Satu kopi naskah tersebut dikirimkan kepada Bu Muslimah yang kala itu tengah sakit. Sedangkan sisanya dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya dalam Laskar Pelangi.
Tak sengaja, naskah yang berada dalam laptop Andrea dibaca oleh salah satu rekannya yang kemudian mengirimkan ke penerbit. Bak gayung bersambut, penerbit pun tertarik untuk menerbitkan dan menjualnya ke pasar. Tepatnya pada Desember 2005, buku Laskar Pelangi diluncurkan ke pasar secara resmi. Dalam waktu singkat, Laskar Pelangi menjadi bahan pembicaraan para penggemar karya sastra khususnya novel.
Dalam waktu seminggu, novel perdana Andrea tersebut sudah mampu dicetak ulang. Bahkan dalam kurun waktu setahun setelah peluncuran, Laskar Pelangi mampu terjual sebanyak 200 ribu sehingga termasuk dalam best seller.
Sukses dengan Laskar Pelangi, Andrea kemudian kembali meluncurkan buku kedua, Sang Pemimpi yang terbit pada Juli 2006 dan dilanjutkan dengan buku ketiganya, Edensor pada Agustus 2007. Seperti diketahui, kedua buku selanjutnya itu pun laris manis bak kacang goreng.
Berkat karya-karya yang dihasilkannya, Andrea mendapat penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award (KLA) pada 2007. Akan tetapi, penghargaan demi penghargaan itu tidak membuat dia menjadi terlena dan berpuas diri. Kini, Andrea Hirata masih terus disibukkan dengan kegiatan menulis dan menjadi pembicara di berbagai acara terutama yang berkaitan sastra. Bila bicara income maka penghasilannya ditaksir adalah yang paling tinggi diantara para penulis buku novel di tanah air.
Setelah Anda membaca sebagian kisahnya maka tentu kita berharap menjadi inspirasi berharga untuk cara pandang dan sikap Anda menjadi lebih bermakna. Untuk itu, jangan pernah matikan impian Anda karena suatu saat akan ada jalan yang Tuhan bukakan untuk mewujudkan impian Anda tersebut.
Jimmy Johnson berkata, "Perbedaan antara ordinary (biasa) dan extra-ordinary (luar biasa) hanyalah sisipan extra di depannya,". Perbedaan antara yang luar biasa dengan orang biasa yaitu, orang luar biasa melakukan hal yang luar biasa. Sedangkan orang biasa tidak melakukannya. Saya yakin Anda orang yang luar biasa.
Seperti kata Oprah Winfrey, "Penemuan terbesar sepanjang masa adalah bahwa seseorang bisa mengubah masa depannya hanya dengan mengubah sikapnya saat ini." Masa depan bukan dibangun di masa depan. Masa depan dibangun dari sikap Anda hari ini. Jik Anda menginginkan perubahan yang lebih baik di masa depan maka ubahlah sikapmu menjadi sikap yang luar biasa sekarang juga, maka Anda akan menjadi istimewa.
Simaklah kode langit! "... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..." (QS. Ar-Ra'd: 11). Sang inspirator adalah agen perubahan ke masa depan yang lebih baik. Menjadi guru atau dosen dengan tugas mengajarkan materi itu baik dan biasa. Tapi, menjadi guru atau dosen yang menginspirasi (murid, siswa, mahasiswa) itu dahsyat seperti Bu Muslimah, guru Andrea Hirata.
Salam nalar kritis!
0 komentar