
Oleh: Muhammad Yusuf Dosen
UIN Alauddin dan STAI Al-Furqan Makassar
Prolog
Mengenal Imam Bukhari
Anak yang Genius
Kondisi mata Muhammad sudah terlihat cacat (buta) sejak kecil. Saat yang bersamaan tanda-tanda kegeniusannya juga tampak. Orang tuanya memilih sikap mengembangkan potensi kecerdasannya dibandingkan meratapi takdir putranya yang buta. Orangtuanya percaya bahwa Allah pasti punya rencana indah di balik itu semua.
Benar, Muhammad tumbuh dalam kegeniusannya. Dia sanggup mengulang setiap bacaan yang didengarnya tanpa satu kesalahan pun bahkan tidak ada tanda baca yang luput. Maka tidak heran di usianya yang masih anak-anak, Muhammad sudah menghafal banyak surah Al Quran.
Hal itu membuat ayahnya memasukkan Muhammad kecil ke sebuah madrasah untuk belajar Al-Qur'an. Saat baru datang ke madrasah, sang guru sedang membaca Surat Qaf, yang sudah diingat dengan baik oleh Muhammad. Luar biasa, begitu sang guru selesai membaca, Muhammad kecil mengangkat tangannya dan menyatakan bahwa dia sudah hafal surat Qaf.
Pernyataan itu tentu saja mengejutkan sang guru karena orang dewasa sekalipun akan kesulitan menghafal satu ayat surat itu dengan baik dan benar. Lebih terkejut lagi, ketika bocah berusia sekitar 7 tahun itu mampu mengulang seluruh Surat Qaf dengan sangat baik makhraj hingga sifat setiap hurufnya sama persis dengan bacaan sang guru.
Guru bijak itu pun merangkul Muhammad dan memintanya belajar hadis. Oleh karena itu, saat tiba di rumah, dia menceritakan apa yang dialaminya di madrasah kepada sang ibu.
Kondisi Buta
Daya ingatnya yang luar biasa membuat orang tuanya merasa terhibur karena Muhammad sejak kecil dengan mata yang buta. Muhammad kecil mampu mengingat setiap soal yang dibacakan kepadanya. Kondisinya yang cacat fisik, matanya yang buta tidak membuat orang tuanya patah arang dan harapan. Karena keadaannya yang demikian, Ibundanya meminta anaknya tetap mempelajari Al-Qur'an karena matanya yang buta akan menyulitkan dia mempelajari hadis.
Akan tetapi anaknya, Muhammad bersikukuh mempelajari hadis. Lalu dia pergi ke kamarnya sembari meraba-raba mempelajari hadis. Melihat pemandangan itu, sang ibundanya sedih sampai menangis.
Dahsyatnya Doa Ibu
Dengan linangan air mata, Ibunda masuk ke dalam kamar tidurnya dan berdoa memohon kepada Allah sampai tertidur. Dalam doanya, sang ibu meminta agar penglihatan anaknya dipulihkan.
Saat doa dipanjatkan ibunda, Al-Bukhari ternyata sedang membaca Surat Qaf ayat 22, “Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.”
Subhanallah, atas kuasa Allah, mukjizat pun datang dan seketika Bukhari bisa melihat kembali. Ia pun berlari keluar kamarnya menghampiri sang ibunda yang tertidur karena kebanyakan berdoa tadi. Muhammad memberitahu kepada ibunda bahwa dirinya sudah bisa melihat. Awalnya ibundanya tak begitu percaya. Ia pun menyebutkan warna baju sang ibunda dan benda-benda di sekitarnya
Sejak saat itulah Muhammad -yang kita lebih kenal dengan Imam Bukhari - mulai belajar hadis. Untuk mempelajarinya dia harus menemui lebih dari 1000 perawi dan berhasil memisahkan mana kisah yang palsu dan benar. Untuk menemui para perawi tersebut dia harus melakukan perjalanan sampai ke Jazirah Arab bahkan Irak, tak jarang dia harus berjalan kaki berhari-hari ke tempat perawi tersebut untuk menerima ilmu hadis.
Kekuatan Akhlak
Dalam pengembangan karakter akhlak selalu menempati posisi paling utama dan skala prioritas. Ini diakui oleh dunia sejak dahulu hingga kini. Penghormatan terhadap guru sangat dianjurkan di dalam Islam. Penghormatan ini dapat diekspresikan dengan berbagai macam cara. Diantaranya, mencium tangan guru, membawa tas dan kitab mereka ke dalam kelas, memapah dan membantu mereka berjalan.
Anjuran untuk menghormati guru ini sudah lama diajarkan oleh para ulama terdahulu. Mereka tidak segan berebut untuk mencium tangan guru, ustaz, ataupun kiai yang sudah mengajarkan ilmu kepada mereka. Hal ini bukanlah bid'ah, tapi itu adalah adab, sopan santun, dan ta'zhim murid kepada guru.
Bahkan, Imam Muslim, seorang ahli hadis yang paling terkenal di dunia Islam, pada saat bertemu gurunya (Imam Al-Bukhari), tidak segan untuk mencium kening dan kakinya.
Ini tentu bukan suatu penyelewengan dan penyimpangan. Andaikan tidak benar dan dilarang di dalam Islam, tentu Imam Muslim sebagai ahli hadis tidak akan melakukannya dan Imam Al-Bukhari pasti sudah melarangnya.
Syekh Nuruddin 'Itr dalam "Lamahat Mujazah fi Ushuli 'Ilalil Hadits" mengutip sebuah riwayat tentang adab Imam Muslim saat bertemu gurunya.
Riwayat ini berasal dari Ahmad Ibnu Hamdun Al-Qashar bahwa Imam Muslim pernah mendatangi Imam Al-Bukhari untuk bertanya tentang hadis mu'allal. Ketika bertemu, beliau langsung mencium kening gurunya dan berkata, "Biarkan aku mencium dua kakimu wahai mahaguru, pemuka ahli hadis, dan pakar dalam kajian 'ilal hadits."
Imam Muslim yang sudah sangat tersohor pada masanya tidak enggan untuk menghormati dan bersikap rendah hati di hadapan gurunya. Ia tidak sekadar cium tangan, tetapi juga mencium kaki gurunya. Jadi, ini merupakan tradisi yang diwariskan oleh ulama turun temurun. Yang melakukannya tidak hanya ulama di Nusantara, tetapi juga dilakukan oleh ulama Timur-Tengah, meskipun dengan cara yang berbeda-beda.
Menjadi Yatim
Ketika Al-Bukhari masih kecil ayahnya meninggal, sehingga ibunya merawat dan mendidiknya seorang diri. Biaya pendidikannya itu didapat dari harta peninggalan ayahnya. Ismail; ayah dari Bukhari ini tampaknya memang dari awal suka dan cenderung kepada Hadis Nabawi. Ketika pergi haji pada tahun 179 H, atau 15 tahun sebelum Bukhari lahir, beliau menyempatkan diri menemui tokoh-tokoh ahli hadis seperti Imam Malik bin Anas (w. 179 H), Abdullah bin al-Mubarak (w. 181 H), Abu Mu’awiyah bin Shalih, dan lain-lain.
Tidak berselang lama Ismail wafat ketika Muhammad masih kanak-kanak. Sebuah perpustakaan pribadi ditinggalkannya untuk Muhammad di samping semangat untuk mengaji hadis.
Dalam keadaan yatim, Muhammad lalu diasuh oleh ibundanya dengan kasih sayang. Dibimbingnya untuk mencintai buku-buku peninggalan ayahnya. Bersama-sama kawan sebayanya Muhammad belajar membaca, menulis, Al-Qur'an dan Hadis.
Muhammad bin Ismail ketika kecil mengalami rasa sakit yang teramat di kedua matanya, hingga akhirnya mengalami kebutaan. Keadaan tersebut terus beliau alami hingga suatu ketika Allah mengembalikan penglihatannya berkat usaha yang ditekuni oleh ibunya. Allah benar-benar memberikan kesembuhan kepada Muhammad bin Ismail. Suatu malam, ibunda Al-Bukhari tertidur, dan ia bermimpi melihat Nabi Ibrahim a.s.
Dalam mimpinya Nabi Ibrahim berkata, “Wahai perempuan, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangisanmu, atau banyaknya doa yang kamu panjatkan".
Bukhari mulai belajar hadis saat masih muda, bahkan masih kurang dari 10 tahun. Ketika Bukhari berusia 10 tahun inilah Imam as-Syafi'i di Mesir itu meninggal, tepatnya pada tahun 204 H. Maka praktis Bukhari tak pernah bertemu dengan Imam Syafi'i.
Kekuatan Hafalan
Ketajaman ingatan dan hafalannya (quwwat al-dzakirah/dhabt) melebihi anak-anak seusianya. Saat berusia 10 tahun, Imam Bukhari berguru kepada ad-Dakhili, seorang ulama ahli hadis. Sang Imam tidak pernah absen belajar hadis dari gurunya itu.
Setahun kemudian ia mulai menghafal hadis Nabi Saw. Saat itu ia sudah ditunjuk untuk mengoreksi beberapa kesalahan penghafalan matan maupun rawi dalam sebuah hadis yang diucapkan gurunya. Pada usia 16 tahun, Imam Bukhari sudah mengkhatamkan hafalan hadis-hadis di dalam kitab karangan Waki al-Jarrah dan Ibnu Mubarak.
Kegigihan Menuntut Ilmu
Imam Bukhari terkenal gigih dalam memburu sebuah hadis. Jika mendengar sebuah hadis, maka dia ingin mendapat keterangan tentang hadis itu secara lengkap. Imam Bukhari harus bertemu sendiri dengan orang yang meriwayatkan hadis tersebut.
Dalam mengumpulkan hadis-hadis itu, Imam Bukhari melanglang buana mulai daerah Syam, Mesir, Aljazair, Basra, menetap di Makkah dan Madinah selama enam tahun, Kufah, dan Baghdad. Tak jarang beliau bolak-balik ke tempat tersebut karena mendapati keterangan baru atau hadis baru.
Perjalanan panjang itu akhirnya membuat sang Imam dapat mengumpulkan sedikitnya 600.000 hadis. Dari angka tersebut, 300.000 di antaranya dihafal. Hadis-hadis yang dihafal itu terdiri atas 200.000 hadis tidak sahih dan 100.000 hadis sahih.
Pesan Moral
Pertama, percaya pada ketentuan Allah dan menyikapinya dengan tepat adalah jalan untuk menemukan dahsyatnya rahasia Allah di balik takdir yang tampak. Orang bijak berkata, "daripada mengutuk kegelapan, lebih baik bagi Anda menyalakan lilin 🕯️".
Kedua, menjadi yatim bukanlah sebuah kemalangan. Keadaan yatim kadang menyimpan sejuta rahasia sebagai sebuah skenario Tuhan untuk menguatkan langkah seseorang. Bersandar dan berharap hanya kepada Allah merupakan sebuah kekuatan langkah yang tak tertandingi oleh kekuatan apapun. Allahush Shamad, Allah satu+satunya tempat bergantung dan berharap.
Ketiga, kekuatan doa Ibu. Doa yang tulus dari seorang ibu menembus semua tantangan dan rintangan perjalanan anak-anak. Restu Allah terdapat pada restu ibu dalam kebaikan. Adalah wajar jika anak memohon restu kebaikan kepada orang tua, sebab di dalamnya ada restu Allah. Doa ibu di atas tempat tidur ataupun saat bersujud berbisik ke bumi itu mampu menembus dan melintasi sejumlah lapisan langit hingga kehadirat Allah.
Keempat, ta'zhim pada guru. Penggunaan dan penghormatan yang disertai rendah hati kepada guru adalah jalan berkah. Jika guru sudah memasukkan Anda dalam daftar orang-orang yang ia doakan maka kedahsyatan itu akan tiba pada waktu yang tepat. Bahkan ada ulama yang menggunakan waktu lebih lama untuk belajar ada daripada waktu untuk mempelajari ilmu.
Kelima, Kekuatan Ikhlas. Di sini saya tempatkan keikhlasan di poin terakhir, namun keikhlasan menjadi kunci dan penentu bagi seluruh proses ikhtiar dan doa yang dilakoni. Keikhlasan niat selalu menjadi kunci setiap kebaikan. Bahkan hanya niat ikhlas menjadi jalan diterimanya suatu perbuatan. Tanpa niat ikhlas, usaha dan perbuat menjadi hampa tak berisi.
Imam Bukhari dengan segala keistimewaan yang ada padanya telah berhasil WA karya monumental terbaik buat umat manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya. Kitab Shahih Bukhari yang merupakan kitab hadis terbaik adalah karya Imam Bukhari' yang baru saja Anda baca biografi singkatnya. Sebuah kitab Shahih nomor urut 1 dari ini seluruh kitab hadis yang ada hingga saat ini.
Wallahu a'lam bishsh-shawab
Salam nalar kritis?
0 komentar