*Akselerasi Revolusi Industri 4.0 Saat Pandemi Covid-19 dan Dampak yang Ditimbulkannya*
Samata, 17/1/2021
*Oleh Muhammad Yusuf*
Saya tidak ingin mengatakan bahwa covi-19 merupakan rekayasa elit untuk mendorong percepatan revolusi industri 4.0. Saya tidak memiliki data yang cukup untuk berkata demikian. Yang saya katakan adalah, pada tataran realitas, pandemi Covid-19 mengakselerasi pelayanan publik dan interaksi sosial melalui media teknologi informasi dan komunikasi. Masa lokdown dan interaksi pembelajaran secara daring pada semua tingkat satuan pendidikan serta pelayanan publik lainnya merupakan bukti riil. Physical distancing memaksa manusia Millenial masuk kedalam era tersebut.
Saya terinspirasi sebuah pandangan yang ditulis oleh Pradipta Risma Rukma Ardi ST MM,Dosen Manajemen Unkartur SemarangB Beliaumenerangkan bahwa pandemi Covid-19 yang dialami seluruh manusia di dunia telah mampu mengubah pola kehidupan sosial kita sehari-hari. Masyarakat dengan segala ritme kehidupan dan keteraturannya tidak pernah menyangka bahwa di era transisi dari analog menjadi digital ini akan mengalami perubahan seketika menjadi "full digital" dan online setelah datangnya pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan makin pesatnya era digitalisasi pada revolusi industri 4.0, yang mengintegrasikan antara cyber technology dan otomatisasi.
Lebih lanjut beliau mengidentifikasi beberapa perkembangan revolusi industri 4.0 yang mengalami akselerasi selama pandemi COVID 19 :
1. Pembatasan interaksi fisik digantikan melalui interaksi daring
Sebelum pandemi bentuk pertemuan yang lazim dilakukan adalah tatap muka secara fisik. Walaupun sudah ada beberapa perusahaan yang menyelenggarakan rapat berkala secara daring (virtual meeting). Tetapi sekarang hampir semua pertemuan baik sekolah, kuliah, meeting, gathering, reuni bahkan seminar ilmiah dilaksanakan secara online.
2. Perubahan kantor dari bentuk bangunan fisik menjadi virtual office
Sebagaimana anjuran WHO (World Health Organization) untuk penerapan protokol kesehatan physical distancing maka muncullah perubahan dari WFO (Work From Office) menjadi WFH (Work From Home). Makin banyak perusahaan yang tidak mengharuskan karyawannya untuk masuk kantor setiap hari, sehingga keberadaan fisik kantor menjadi tidak fungsional sebagaimana sebelum era pandemi. Hal ini menyebabkan beberapa perusahaan memilih untuk menutup beberapa kantor cabang mereka dan menggantikannya dengan layanan “jemput bola” serta kunjungan konsumen baik secara virtual maupun kunjungan langsung dengan mematuhi protokol kesehatan.
3. Mengirit tenaga kerja manusia, tergantikan oleh otomatisasi robotikn Informasi
Era tersebut bukan tidak mungkin datang lebih awal, karena dengan adanya penerapan physical distancing dan efisiensi perusahaan maka pengurangan karyawan menjadi hal yang tak terelakkan. Selain itu sudah banyak perusahaan yang melengkapi fasilitasnya dengan fitur intelligent virtual assistant 24 Hours.
Saya mengingat beberapa tahun lalu, ketika saya mencari alamat di kota maka saya bertanya kepada beberapa orang yang saya duga mengetahui alamat yang sedang saya cari. Hari ini saya lebih banyak dipandu oleh robot otomatis melalui aplikasi google map. Saya tinggal memilih bahasa yang saya inginkan dan saya pahami.
4. Aplikasi Digital Payment makin berkembang
Untuk meminimalisir kontak fisik, banyak tenant yang menerapkan sistem pembayaran online. Hal tersebut juga diimbangi dengan semakin banyak munculnya e-wallet/e-money. Bentuk pembayaran ini menjadikan penggunaan uang fisik lebih jauh berkurang.
Dahulu, ktika hendak bepergian maka kita membawa bekal alat tukar (uang) secukupnya. Perjalanan terasa kurang aman karena berhati-hati dari incaran penjahat (perampok dan pencopet). Kini, perjalanan terasa lebih mending dan lebih aman. Cukup membawa sekeping kartu ATM yang terisi saldo yang cukup. Di mana-man tersedia mesin ATM. Transaksi via kartu ATM atau kartu lainnya yang dapat digunakan untuk transaksi. Bahkan transaksi on-line barang terima di tempat. Hukum fiqh transaksi pin harus diperbarui.
5. Perkembangan Konsultasi Online (Telemedicine)
Sebelum era pandemi, hubungan dokter dengan pasien dilaksanakan secara tatap muka. Seorang pasien akan menemui dokter di pusat kesehatan baik rumah sakit ataupun klinik. Saat ini dengan kondisi pandemi, Konsil Kedokteran Indonesia telah mengesahkan sesuai Peraturan KKI (Perkonsil) Nomor 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis dan Praktek Kedokteran Melalui Telemedicine pada Masa Pandemi Covid-19 di Indonesia dimana pasien yang ingin melakukan konsultasi tidak harus datang dan bertemu langsung dengan dokter tetapi bisa melalui virtual online consultation dan setelah selesai konsultasi, obat yang diresepkan dokter dapat disiapkan dan dikirimkan langsung kepada pasien.
Dahulu, konsultasi skripsi, thesis, disertasi, dan sebagainya dilakukan secara langsung. Berbeda halnya ketika pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia. Pelayanan konsultasi skripsi, tesis, disertasi dilakukan secara virtual (daring). Bahkan tanda tangan hingga ujian dan wisuda pun dilakukan secara virtual. Fakta ini tak terelakkan, bahkan menjadi keniscayaan. Bahkan beberapa pengajian, ceramah ta'ziyah, seminar saya layani secara virtual.
Percepatan Revolusi Industri 4.0 di masa pandemi ini diharapkan mampu menempatkan sumber daya manusia sebagai leader yang bisa menentukan arah perkembangan industri dengan bijaksana serta dapat mengoptimalkannya semaksimal mungkin, sehingga bisa membantu WHO dan pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19.
Dampak terhadap Kebutuhan ibadah & Spiritual
Hingga saat ini, kita tidak tau kapan pandemi Covid-19 ini akan berakhir. Sebuah misteri, dan hanya Tuhan yang tahu pasti. Doa-doa yang hendak diucapkan oleh umat Islam di tanah suci Mekkah dan Madinah sudah lebih setahun tertunda karena ke kedua kota suci itu tertutup. Bahkan kini pusat lautan manusia itu berubah menjadi sepi selama masa pandemi Covid-19.
Ketika pandemi Covid-19 mewabah, maka berbagai ijtihad muncul. Misalnya, keharusan menjaga jarak menyebabkan sejumlah rumah ibadah harus ditutup, termasuk masjid. Selanjutnya, masjid yang dibuka, diatur jarak jama'ahnya. Aba-aba imam tidak menginstruksikan untuk merapatkan shaf. Semua itu dilakukan karena kesadaran untuk mencegah penularan virus Corona di satu sisi dan shalat berjamaah tetap berjalan di sisi yang lain.
Untuk umrah dan haji sementara dibatasi. Bahkan pernah ditutup sama sekali.Dan, belum ada fatwa MUI dan ulama-ulama dunia yang mengatur dan membolehkan behaji dan berumrah secara virtual. Bahkan pandemi Covid-19 merupakan argumen syar'i yang menggugurkan kewajiban berhaji karena "ketidakmampuan" melakukan perjalanan haji. Sedangkan syarat dan kewajiban berhaji ditujukan kepada orang muslim yang mampu secara ekonomi, kesehatan, dan kemanan.
Hal itu menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 mengubah banyak rencana secara tiba-tiba. Akan tetapi, pengaruh pendemi paling riil adalah mempercepat dunia masuk ke dalam era revolusi industri 4.0. Hal itu ditandai dengan interaksi sosial dan pelayanan publik beralih secara massif dari manual ke virtual. Apakah ini sebuah rekayasa manusia atau sunnatullah semata, Wallahu a'lam. Yang hendak saya tegaskan bahwa pandemi Covid-19 mempercepat negara-negara di dunia memasuki revolusi industri 4.0 meskipun dampaknya mencakup hampir seluruh aspek dan sendi kehidupan. Masa pandemi Covid-19 ini meminta kearifan dan kreatifitas kita untuk menyikapinya secara tepat.
Dampak terhadap Dunia Pendidikan
UNESCO menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 mengancam 577.305.660 pelajar dari pendidikan pra-sekolah dasar hingga menengah atas dan 86.034.287 pelajar dari pendidikan tinggi di seluruh dunia. Seperti kebijakan yang diambil berbagai negara yang terdampak penyakit covid-19, Indonesia meliburkan seluruh aktivitas pendidikan. Hal tersebut membuat pemerintah dan lembaga terkait menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik dengan belajar mengajar jarak jauh atau belajar online atau belajar dari rumah dengan pendampingan orang tua. Reportnya antara lain tidak semua orang tua siswa mempunyai fasilitas ponsel, jaringan, kuota internet. Tidak semua orang tua berpendidikan sehingga tidak bisa mendampingi anak-anak mereka. Aktivitas pendidikan formal setengah lumpuh terutama di wilayah yang jauh dari kota.
Tidak hanya di level pendidikan d ok ni, dasar dan menengah, tetapi penerapan kebijakan belajar mengajar jarak jauh dari rumah atau belajar online nampaknya tidak menjadi masalah bagi sebagian perguruan tinggi yang sudah memiliki sistem akademik berbasis daring. Menjadi masalah bagi sebagian perguruan tinggi lain yang tidak memiliki sistem tersebut.
Di level pendidikan dasar, menengah dan atas secara teknis proses pembelajaran jarak jauh juga banyak mengalami kendala. Peserta didik dari keluarga yang tidak memiliki akses internet atau bahkan tidak memiliki handphone akan ketinggalan pembelajaran ketika tugas belajar disampaikan melalui aplikasi WhatsApp atau yang lainnya. Menyikapi kondisi seperti itu, pihak sekolah seyogyanya memberikan kebijaksanaan, misalnya dengan memberikan tugas dalam bentuk kertas kerja. Namun jarak tetap harus dijaga. Banyak anak-anak di wilayah pedalaman yang sudah sekitar setahun tak belajar dan tetap keluyuran bermain bersama dengan kawan-kawannya, bermain tanpa menjaga jarak dan tanpa mengenakan masker. Bahaya virus Corona tidak mengkhawatirkan bagi mereka.
Selain itu, dampak lain dirasakan oleh peserta didik dengan belajar dari rumah adalah beban pelajaran terlalu banyak. Pada saat yang sama peserta didik dituntut untuk dapat mencermati dan mempelajari materi pelajaran sendiri dengan cepat. Kalaupun diberikan ruang bertanya kepada guru melalui pesan aplikasi WhatsApp itu dirasakan tidak cukup waktu. Dan, yang paling mudah diamati oleh orang tua peserta didik, belajar mengajar dari rumah juga membuat peserta didik menjadi gampang bosan karena tidak bisa berinteraksi langsung dengan guru dan teman-temannya. Ini dengan mudah dipahami bahwa kebiasaan baru, ketidakbenaran, dan tanpa interaksi sosial langsung mengakibatkan kejenuhan sebab manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sosial secara langsung.
Karena itu, dengan belajar dari rumah, orang tua dituntut untuk memaksimalkan perannya dalam mendampingi putra-putrinya. Terutama jika mereka masih usia pra-sekolah dasar dan sekolah dasar. Karena di usianya sifat mereka unik, energik, aktif, manja dan egosentris (keakuan) tinggi. Di sinilah orang tua seyogyanya dapat menyelami karakter putra-putrinya sehingga pendampingan proses pembelajaran dari rumah berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
Harapan semua masyarakat adalah pandemi Covid-19 segera berakhir dan kembali menikmati kebebasan interaksi sosial yang tidak terbatasi lagi. Karena itu, tetap jaga imun, taati disiplin protokol kesehatan. Selain imun, iman juga tetap wajib dijaga dengan berdoa karena doa adalah senjata orang mukmin. Hadapi virus Corona itu dengan senjata doa. Semoga Allah menolong dan memenangkan kita. Aamiin....
0 komentar